Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah IPS
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
“BUDAYA dan ADAT ISTIADAT JAWA”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... ..
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang........................................................................................................ .
B. Rumusan masalah......................................................................................................
C. Tujuan..................................................................................................................... ..
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
budaya...................................................................................
..................
B. Pengertian
adat
istiadat............................................................................
.................
C.
Adat Istiadat Jawa Pada
Masa Kehamilan dan Kelairan Anak.................................
1. Macam-Macam
Upacara Adat Jawa Saat Prosesi Kehamilan............................
2. Beberapa
pantangan dalam prosesi kehamilan adat jawa..................................
3. Macam
macam upacara adat untuk
bayi............................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. ..
B. Saran....................................................................................................................... ..
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang paling
indah dari Tuhan, semua pasangan suami isteri begitu mendambakan kehadiran
seorang anak untuk menjadi pelengkap keluarganya. Masa-masa kehamilan adalah
masa yang tidak akan terlupakan bagi seorang ibu, mengandung bayi selama 9
bulan, mengidam dan merasakan mual menjadi hal yang harus dihadapi. Pada saat
melahirkan seorang ibu harus berjuang mati-matian demi mengeluarkan malaikat
kecil dari perutnya, nyawa yang menjadi taruhannya. Ketika bayi lahir dengan
selamat dan ibu pun sehat adalah saat-saat yang paling membahagiakan bagi pasangan
suami isteri beserta keluarga besarnya.
Bagi masyarakat Sumatra Utara
khususnya suku Batak salah satu upacara adat melahirkan adalah upacara Mangharaon.
Upacara ini dilakukan pada saat si ibu telah melahirkan, maka dengan segera
si bapak menjatuhkan kayu besar dari atap rumah ke halaman lalu mengapaknya
(Manaha Saganon), dimana kayu tersebut nantinya akan dibakar di atas tataring
(tungku perapian), suara kampak ini merupakan tanda pengumuman pada seisi
kampong bahwa seorang bayi telah lahir.
Setelah upacara itu selesai, tibalah
masa krisis yang dinamakan Roburobuan lamanya 7 hari 7 malam. Selama
masa krisis ini, seluruh penduduk/warga desa berkumpul di rumah si bayi tiap
malam, agar selalu ada orang yang menjaga sehingga roh dan hantu jahat (Boru
Sirumata atau Boru Sibalikhunik) jangan sampai mengganggu atau mengambil si
bayi.
Setelah semua itu selesai ada
upacara Martutuaek, upacara Mengebang, dan upacara Khitanan, yang
masing-masing memiliki waktu upacara dan tradisinya masing-masing.
Bukan hanya masyarakat Batak saja
yang mempunyai upacara adat kelahiran, tetapi adat Jawa juga mempunyai tradisi
dan upacara adat kelahiran sendiri. Salah satu contoh misalnya Barokahan,
Sepasaran dan lain-lain.
Itulah Indonesia, begitu banyak
ragam tradisi adat istiadat yang turun temurun menjadi nilai tambah kebudayaan
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud budaya ?
2. Apa yng dimaksud adat istiadat ?
3. Apa tradisi adat istiadat kehamilan
dan kelahiran anak di jawa ?
C.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah kali ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui pengertian budaya
b.
Mengetahui pengertian adat istiadat
c.
Mengetahui lebih dalam lagi tradisi adat istiadat kehamilan dan kelahiran anak
di Jawa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B.
Pengertian Adat Istiadat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat didefinisikan
sebagai aturan (perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.
Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya,
norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi
satu sistem atau kesatuan. Sementara istiadat didefinisikan sebagai adat
kebiasaan. Dengan demikian, adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial
yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat.
Sebagai contoh, dalam masyarakat Jawa terdapat adat istiadat untuk melakukan
upacara Selapanan ketika seorang bayi telah berumur 40 hari. Upacara ini sudah
menjadi kebiasaan masyarakat Jawa sejak lama.
C.
Adat Istiadat Jawa Pada Masa Kehamilan dan Kelairan Anak
1. Macam-Macam Upacara Adat Jawa Saat
Prosesi Kehamilan
Kehamilan
merupakan masa-masa yang tidak terlupakan bagi seorang ibu, di adat Jawa
terdapat beberapa upacara saat prosesi kehamilan yang sudah turun-temurun
diwariskan oleh nenek moyang, upacara-upacara tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Upacara
Tiga Bulanan
Upacara
ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh
ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan berupa tasyakuran.
b. Upacara
Tingkepan natau Mitoni
Upacara
tingkepan disebut juga mitoni, berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh,
sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan
pada kehamilan pertama.
Dalam
pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan
dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.
Berikut ini adalah tata cara
pelaksanan upacara tingkepan antara lain:
1.
Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu
supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh
mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi
dipecah.
2.
Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami
melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan
lancar tanpa suatu halangan.
3.
Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih.
Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan
dilahirkan adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan
pertanyaan "sudah pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh
ibu-ibu yang hadir “belum pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan
kain sederhana dijawab “pantas”.
Adapun
nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan
diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:
a.
Sidoluhur
b.
Sidomukti
c.
Truntum
d.
Wahyu Tumurun
e.
Udan Riris
f.
Sido Asih
g.
Lasem sebagai kain
h.
Dringin sebagai kemben
2.
Beberapa Pantangan Dalam Prosesi Kehamilan Adat Jawa
Berikut
ini adalah pantangan bagi calon ibu dan calon ayah menurut tradisi Jawa, antara
lain sebagai berikut:
a.
Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan
bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
b.
Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar
janin terhindar dari marabahaya.
c.
Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu
janin.
d.
Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tidak
dililit tali pusar.
e.
Ibu hamil tidak boleh benci kepada sesorang secara berlebihan, nanti anaknya
jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
f.
Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
g.
“Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir”-nya orang
hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan dan
sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
h.
Ngidam adalah prilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan
atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka
anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
i.
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan
gugur.
j.
Jangan makan ikan mentar agar bayi tidak bau amis.
k.
Untuk sang ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan membunuh hewan. Contohnya
memancing, membunuh hewan, memburu, dan lain-lain.
Serta
masih banyak pantangan-pantangan lain yang harus dihindari oleh calon ibu
maupun ayah. Namun sebenarnya pantangan-pantangan tersebut dapat dinalar apabila
ditelaah menurut ilmu pengetahuan, hanya saja beberapa kemungkinan tidak
tertuju langsung dengan keberlangsungan hidup si jabang bayi kelak
3.
Macam-Macam Upacara Adat Untuk Bayi
Bukan
hanya pada saat kehamilan saja upacara adat atau ritual dilaksanakan. Ketika
bayi itu pun lahir masih ada ritual dan upacara adat. Upacara ini pun
berlangsung hingga si anak menginjak usia satu tahun. Namun, pelaksanaan
upacaara ini dilaksanakan hanya di usia tertentu saja, berikut jenis-jenis
upacara adat Jawa yang berkaitan dengan kelahiran anak:
a. Upacara
Adat Barokahan
Barokahan
memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas kelahiran
yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya barokahan juga
bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
Tujuan
dari upacara ini adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi.
Selain itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki prikaku
yang baik.
Rangkaian
upacara ini berupa memendam ari-ari atau olasenta bayi. Setelah itu
dilanjunkan dengan membagikan sesajen barokahan kepada sanak saudara dan
para tetangga.
b. Upacara
Adat Sepasaran atau Pupuk Pusar
Sepasaran merupakan salah satu upacara adat
bagi bayi berumur lima hari. Upacara ini umumnya diselengarakan secara
sederhana, tetepi jika bersamaan dengan pemberian nama pada si bayi upacara ini
bisa dilakukan secara meriah.
Acara
ini biasanya dilaksanakan dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara
dari tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman serta jajanan
pasar. Selain itu juga terkadang pula ada yang dibungkus tapi menggunakan besek
(tempat makanan terbuat dari anyaman bambu) ataupun lainnya untuk dibawa
pulang.
c.
Upacara Adat Selapan
Dalam
bahasa Jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini dilakukan
pada peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari dimana bayi
dilahirkan, maka diadakan perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan
berbagai macam makanan sebagai symbol dari makna-makna yang tersirat dalam
tradisi Jawa.
Namun
dalam perkembangannya, saai ini selapan sebagai ungkapan syukur atas
kesehatan dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta
lauk seadanya. Kemudian mengundang tetangga untuk kendurenan (selamatan),
berdoa besama-sama dan diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang
sebagai oleh-oleh. Selapan sebagai harapan orang tua dan keluarga agar
bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya, dan apa yang diharapkan bisa
terlaksana.
d. Upacara
Adat Mudhun Siti
Upacara ini dilakukan untuk bayi
yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini disebut dengan tedhan
siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa si anak telah siap untuk
menjalani hidup lewat tuntunan dari si orang tua. Acara ini dilaksanakan pada
saat anak berumur 7selapan atau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak
sega pitung warna, mudhun tangga tebu, ceker0ceker, sebar udik-udik, dan siraman.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Begitu beragam upacara adat Jawa saat kehamilan dan
kelahiran anak, yang masing-masing tradisi tersebut mempunyai maknanya
tersendiri. Upacara-upacara tersebut sudah turun temurun dilakukan dan sudah
menjadi warisan budaya dari nenek moyang terdahulu. Pada adat Jawa juga
terdapat pantangan-pantangan tersendiri bagi calon ibu yang sedang hamil dan
juga calon ayahnya. Masih banyak lagi tradisi Jawa yang bisa dibahas, contohnya
tradisi adat pernikahan, kematian, dan lain-lain. Bukan hanya adat Jawa saja
yang mempunyai tradisi dan upacara seperti ini, tetapi adat lainpun juga ada,
karena itulah Indonesia, begitu banyak suku adat yang mempunyai kebudayaan dan
budayanya sendiri yang masing-masing telah menjadi nilai plus tersendiri untuk
Indonesia.
B.
Saran
Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya yang harus
dilestarikan agar tidak punah, kita sebagai penerus bangsa harus bangga
terhadap kebudayaan kita sendiri. Diharapkan bagi pembaca agar menggali lebih
dalam lagi tradisi apa saja yang terdapat di Indonesia, agar pembaca bisa
merasa lebih bangga pada Indonesia, tidak terpacu pada perkembangan zaman.
Kebudayaan Indonesia itu khas, tidak ada di Negara manapun. Maka dari itu,
bangga dan cintailah Indonesia.
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan demi
membuat artikel ini lebih menarik untuk dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar